FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DAN MANAJEMEN PENANGGULANGANNYA

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Faktor resiko lingkungan yang diduga berhubungan dengan kejadian ISPA adalah karakteristik Balita, lingkungan sosial ekonomi keluarga (pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dan pendapatan keluarga) dan lingkungan rumah (ventilasi, kepadatan hunian, pencemaran udara, dan kebersihan rumah). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara lingkungan rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Kota Denpasar.
Penelitian ini adalah penelitian observasional, dilakukan secara cross sectional. Sampel penelitian adalah Balita (umur antara satu tahun sampai dibawah lima tahun), memiliki status gizi baik, dengan besar sampel sebanyak 134 dan diambil secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, panduan wawancara dan lembar observasi/pengukuran. Sebagai responden adalah ibu Balita. Analisis hubungan faktor resiko lingkungan rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada Balita dilakukan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, pengetahuan ibu tentang ISPA, kepadatan hunian, ventilasi, pencemaran udara dan kebersihan rumah mempunyai hubungan nyata dengan kejadian ISPA pada Balita dengan nilai probabilitas (p) lebih kecil dari α= 0,025 berturut-turut p=0,005, p=0,000, p=0,000, p=0,003, p=0,001 dan p=0,000. Manajemen upaya kesehatan yang berkaitan dengan pengendalian penyakit ISPA di Puskesmas I Denpasar Selatan sudah berjalan cukup baik.
Disimpulkan bahwa umur, pengetahuan ibu tentang ISPA, kepadatan hunian, ventilasi, pencemaran udara dan kebersihan rumah mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita. Agar manajemen upaya kesehatan yang berkaitan dengan pengendalian penyakit ISPA di Puskesmas I Denpasar Selatan dapat berjalan dengan lebih baik perlu memiliki model manajemen penanggulangan penyakit ISPA pada Balita.