Analisis Perbandingan Biaya Operasional Kendaraan Bus AKAP Trayek Bali-Surabaya (Studi Kasus: Bus Bali Perdana)

Pertumbuhan sektor penjualan jasa sangat terasa pertumbuhannya dikehidupan kita sehari-hari, salah satu contohnya adalah perusahaan jasa transportasi baik dalam kota ataupun antar kota. Perusahaan jasa transportasi adalah perusahaan yang menawarkan jasa dalam pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) adalah biaya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk satu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh yang dihitung dalam satuan rupiah per seat kilometer. Dalam menentukan biaya operasional kendaraan dapat dihitung dengan menghitung biaya tetap, biaya variabel dan biaya kepemilikan aset dalam setiap biaya – biaya tersebut dapat dihitung dan dijumlahkan. Bus yang akan di tinjau pada penelitian ini adalah Bus Bali Perdana yang merupakan Angkutan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), dengan tujuan trayek yang akan di tempuh Bali – Surabaya. Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah 2 (dua) minggu, 1 minggu pengumpulan data dan 1 minggu pengolahan data. Penelitian data Biaya Operasional Kendaraan ini dilaksanakan dengan cara pengambilan data langsung ke perusahaan dan dianalisis dengan bantuan program aplikasi Microsoft Excel. Sumber data yang diperlukan berupa sumber data sekunder. Data sekunder yang diperlukan meliputi data biaya operasional kendaraan dan tarif bus kendaraan, sedangkan data sekunder lainnya yang diperlukan diperoleh dari literatur dan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai referensi serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian antara lain peta administrasi lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan metode perhitungan biaya operasional kendaraan pada Bus Bali Perdana trayek Bali-Surabaya, data dan analisis dapat disimpulkan yaitu , Hasil perhitungan biaya operasional kendaraan menggunakan metode Departemen Perhubungan adalah sebesar Rp.5.393,22/bus-km dan biaya fasilitas tambahan sebesar Rp.175,07/bus-km. Hasil perhitungan menggunakan metode FSTPT adalah sebesar Rp.4.483,34/bus-km. Selisih hasil perhitungan biaya operasional kendaraan menggunakan kedua metode tersebut adalah sebesar Rp. 1.084,95/bus-km. Dari metode Departemen Perhubungan dan metode FSTPT pada penelitian ini yang paling besar yaitu metode Departemen perhubungan sebesar Rp. 5.568,29/bus-km.