Analisis Kualitatif Faktor-faktor yang Mendasari Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada

Standar Pelayanan Minimal atau disingkat SPM rumah sakit menjelaskan parameter-parameter standar yang harus diterapkan dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Standar tersebut meliputi waktu tunggu dari layanan obat non-racikan maupun obat racikan. Rumah Sakit Daerah Mangusada merupakan satu diantara rumah sakit umum kelas B serta rumah sakit rujukan pasien peserta JKN di kabupaten Badung dengan rata-rata kunjungan 400orang per hari. Tingginya tingkat kunjungan akan berpengaruh pada waktu tunggu pelayanan resep dan kepuasan pasien. Dengan demikian penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengungkap faktor yang mendasari waktu tunggu pelayanan resep pada pasien rawat jalan dari perspektif pelaku layanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini, menggunakan panduan pertanyaan terkait dengan tanggapan Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sekretaris Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apoteker gudang IFRS, dan Dokter penulis resep yang dipilih secara purposive sampling. Penelitian menggunakan pendekatan Participatory action research, dengan teknik pengumpulan data melalui FGD, wawancara semi terstruktur dan pengumpulan data sekunder. Analisis data menggunakan Analisis Tematik (TA). Faktor-faktor yang dapat menambah waktu tunggu pelayanan resep yaitu: Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas, sarana dan prasarana yang tidak memadai, server/jaringan internet yang kurang mendukung, sistem Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Transmedik) yang dalam tahap pengembangan, lonjakan pasien, terjadinya kekosongan obat, proses skrining resep, jumlah obat dalam resep, resep dilayani tidak sesuai dengan antrian, jenis resep, penggunaan e-resep, penggunaan resep manual, SOP, konfirmasi ke dokter, ketertiban dokter datang ke poliklinik, kesesuaian obat dengan formularium RS, penamaan obat pada sistem, desain ruangan, proses administrasi, pemberian informasi, waktu operasional depo rawat jalan, operasional poliklinik, jumlah resep perhari, sistem pendaftaran pasien, sistem perencanaan depo, perhitungan kebutuhan obat masih secara manual, literasi kesehatan pasien, penggunaan obat off-label, penundaan obat, jadwal pengambilan obat, dokter dapat melihat stok obat di seluruh Rumah Sakit (di luar depo rawat jalan), dan sistem rolling. Faktor-faktor yang dapat mengurangi waktu tunggu pelayanan resep yaitu: penggunaan e-resep, sistem SIMRS (Transmedik) yang terintegrasi, pembagian jobdesk, pemberian informasi obat oleh dokter, alur pelayanan resep, tidak terjadinya lonjakan pasien, skrining resep yang bukan bottle neck, kesesuaian resep dengan formularium, sarana dan prasarana pendukung, SOP yang dibuat menghasilkan alur pelayanan yang teratur, desain ruangan, ix prosedur pengambilan obat ke gudang, peminjaman obat, jadwal operasional poli, jadwal pengambilan obat dan sistem rolling yang dapat menghambat pelayanan jika petugas tidak menguasai tata letak obat-obatan. Solusi untuk mengurangi waktu tunggu pelayanan resep yaitu: penambahan SDM, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sistem SIMRS (Transmedik) dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna, Obat yang tidak memerlukan proses peracikan, akses untuk melihat stok obat, pengantaran obat dengan kurir, dan waktu penyiapan obat One Daily Dose (ODD).