PERAN SUBAK DAWAS DALAM PENGATURAN TATA GUNA LAHAN DI KAWASAN PARIWISATA TIBUBENENG, KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG

Hampir setiap Subak di Kawasan Tibubeneng, salah satunya Subak Dawas semakin
sempit mengalami alih fungsi lahan. Awig-Awig adalah hukum yang lahir dan
berkembang dalam masyarakat, awig-awig seharusnya dapat mengikat serta mengatur
masyarakat subak dawas. Bila kondisi ini dibiarkan tanpa adanya upaya penyelamatan
dan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif maka lahan-lahan pertanian akan
terus dialih-fungsikan dan semakin berkurang. Pertanian bagi Bali tidak hanya sebagai
sumber pangan dan penyerap tenaga kerja, tetapi juga sumber budaya, karena sebagian
besar budaya Bali bersumber dari pertanian yang sudah sepatutnya kita jaga dan
lestarikan keberadaanya di tengah maraknya alih fungsi lahan yang terjadi. Berdasarkan
uraian di atas dimana lahan pertanian di Kabupaten Badung, khususnya Kawasan
Pariwisata Tibubeneg semakin hari mengalami pengurangan jumlah, maka penulis
tertarik untuk menulis skripsi dengan mengajukan judul mengenai Peran Subak Dawas
Dalam Pengaturan Tata Guna Lahan Di Kawasan Pariwisata Tibubeneng, Kecamatan Kuta
Utara, Kabupaten Badung. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana peran Subak Dawas
dalam pengaturan tata guna lahan subak di Kawasan Pariwisata Tibubeneng, Kecamatan
Kuta Utara, Kabupaten Badung? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Subak Dawas
dalam melaksanakan fungsi tata guna lahan di Kawasan Pariwisata Tibubeneng,
Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.