STUDI RETROSPEKTIF HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK

Menurut Center for Disease Control and Prevention resistensi bakteri terhadap antibiotik masih menjadi masalah kesehatan global. Tingginya angka kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik maka perlu dilakukan suatu upaya pengendalian penggunaan antibiotik. Pengendalian penggunaan antibiotik bertujuan memberikan informasi pola penggunaan antibiotik lebih bijak di rumah sakit dengan evaluasi kuantitatif menggunakan paremeter pengukuran PDD. PDD memiliki kelebihan yaitu dapat melihat rata-rata jumlah harian dari obat yang sebenarnya diresepkan dibandingkan parameter pengkuran DDD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antibiotik dengan persentase resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Penelitian ini adalah non eksprimental dengan menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara restrospektif dari data rekam medis pada periode 2019 – 2020. Penelitian ini di lakukan di Rumah Sakit Umum Pemerintah di Denpasar. Analisis statistik uji kolerasi person yang mana data terdistribusi normal untuk melihat hubungan antara penggunaan antibiotik dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Sampel penelitian ini adalah 82 pasien infeksi dengan Pneumonia yang menggunakan antibiotik terdiri atas perempuan 41.12% dan laki- laki 54.88%. Hasil penelitian ini rata – rata nilai PDD tiga antibiotik terbesar adalah Ampisilin Sulbaktam 5.55 gram/hari, Sefotaksim 3 gram/ hari dan antibiotik Sefoperasone Sulbaktam 3 gram/ hari. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa hubungan korelasi linier positif yang sangat kuat, akan tetapi hubungan antara penggunaan antibiotik dengan persentase resistensi bakteri gram positif dan negatif tersebut tidak signifikan secara statistik (p>0.05). Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan antibiotik dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.