GAMBARAN TINGKAT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SINGASANA DENGAN METODE ATC/DDD PERIODE 2019-2022

Resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi masalah global. Faktor yang menjadi pemicu resistensi ini adalah penggunaan antibiotik yang tinggi. Ketidakrasionalan dan tingginya penggunaan antibiotik selain berdampak terhadap timbulnya resistensi bakteri terhadap antibiotik juga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan beban biaya. Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Umum Daerah Singasana selama periode 2019-2022.
Penelitian ini merupakan penelitian ekologikal dengan pengambilan data secara retrospektif pada periode 2019-2022 terhadap Bed Occupancy Rate (BOR) dan data penjualan antibiotik sesuai dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Tingkat penggunaan antibiotik dalam penelitian ini dinyatakan dengan DDD per 100 hari rawat yang kemudian dirangking ke dalam kategori DU 90%.
Dari tahun 2019 hingga tahun 2022, di Rumah Sakit Singasana terdapat 17 jenis antibiotik yang diketahui kode ATC berdasarkan WHO. Data selama 3 tahun menunjukkan bahwa pemakaian antibiotik terbanyak yaitu Azitromisin (32,901 g/100 hari), sefiksim (26,969 g/100 hari), levofloksasin (11,9 g/100 hari), siprofloksasin (9,151 g/100 hari), dan seftriakson (7,739 g/100 hari).