IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COVID-19 DENGAN PNEUMONIA BERAT DI SALAH SATU RUMAH SAKIT UMUM DENPASAR

Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Gejala umum yang terjadi saat terinfeksi COVID-19 adalah sesak nafas, sakit kepala, nyeri, dan demam. Selain itu, terdapat juga sindrom klinis yang dapat muncul antara lain pneumonia ringan dan berat, sepsis, dan syok septik. Pneumonia adalah peradangan pada paru�paru dengan konsolidasi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa. Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian tidak diharapkan yang melibatkan terapi obat dan berpotensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada kasus Drug Related Problems (DRPs) penggunaan antibiotik pada pasien COVID-19 dengan pneumonia berat di salah satu Rumah Sakit Umum Denpasar.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi non eksperimental. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif dengan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada pasien COVID- 19 dengan pneumonia. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan rekam medis pasien COVID-19 di salah satu Rumah Sakit Umum Denpasar periode Januari 2021 sampai dengan Desember 2021. Data yang diperoleh adalah data terkait Drug Related Problems (DRPs) yang dianalisis menggunakan pedoman Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE,Volume 9.1).
Penelitian ini menggunakan 56 data rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Dari 56 data rekam medis yang mengalami kejadian Drug Related Problems (DRPs) terdapat pada domain (P3.2) yaitu Unclear problem/complaint. Further clarificationnecessary (please use as escape only) sebanyak 56 kasus (100%) yang disebabkan oleh (C1.1) Inappropriate drug according to guidelines/formulary sebanyak 49 kasus (87,5%) dan (C9.2) Other cause; specify sebanyak 7 kasus (12,5%). Maka perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut mengenai penggunaan obat yang rasional sesuai dengan pedoman yang ada untuk meminimalisir terjadinya Drug Related Problems (DRPs).