PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DENGAN METODE PENGOLAHAN FERMENTASI DAN KONVENSIONAL (Studi Kasus Kelompok Tani Wija Amerta Desa Angkah)

Abstrak

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentra komoditas perkebunan kakao di Bali. Salah satu Desa penghasil kakao terbesar adalah Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat. Rumus masalah dalam penelitian adalah berapakah besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, perbandingan pendapatan antara pengolahan kakao secara fermentasi dengan konvensional. Tujuan penelitian ini adalah agar mengetahui, besarnya biaya penerimaan, pendapatan, perbandingan pendapatan usahatani kakao metode pengolahan fermentasi dan konvensional di Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan. Penelitain ini dilaksanakan pada September sampai dengan November 2022. Penelitain ini mnggunakan metode fermentasi dan konvensional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 28 orang petani kakao. Berdasarkan hasil penelitian terhadap sistem perbandingan pendapatan kakao memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Besarnya biaya usaha tani kakao konvensional yaitu Rp28.550.000 dan biaya usaha kakao fermentasi sebesar Rp27.330.000, kemudian penerimaan konvensional sebesar Rp. 32.750.000 dan penerimaan fermentasi sebesar 98.550.000 dan untuk pendapatan usaha tani kakao konvensional sebesar Rp. Rp. 4.200.000 dan pendapatan usaha tani fermentasi sebesar Rp. 71.220.000. 2. Perbandingan pendapatan usahatani kako metode pengolahan fermentasi dan konvensional digunakan uji dua nilai rata-rata (uji-t) yaitu menunjukan bahwa jumlah dengan menggunakan uji t satu arah diperoleh t hitung sebesar 10,29 dengan nilai signifikansi (P) sebesar 9.18E-09 (0,00000000918). Jadi rata-rata pendapatan melalui pengolahan fermentasi lebih besar dari rata-rata pendapatan melalui pengolahan konvensional.

Abstract

Tabanan Regency is one of the cocoa plantation commodity centers in Bali. One of the largest cocoa producing villages is Angkah Village, Selemadeg Barat District. The formula of the problem in this research is how much is the cost, revenue, income, income ratio between fermented and conventional cocoa processing. The purpose of this study is to find out, the amount of revenue costs, income, comparison of cocoa farming income with conventional and fermented cocoa farming methods in Angkah Village, District Selemadeg Barat, Tabanan Regency. This research was carried out from September to November 2022. This research used conventional and fermentation methods. Respondents in this study were 28 cocoa farmers. Based on the results of research on the cocoa income comparison system, the following conclusions were obtained: 1.The cost of conventional cocoa farming is Rp. 28,550,000 and the cost of fermented cocoa is Rp. 27,330,000, then conventional income is Rp.32,750,000 and fermentation revenue of 98,550,000 and for conventional cocoa farming income of Rp. Rp. 4,200,000 and fermented farming income of Rp.71,220,000. 2.Comparison of cocoa farming income with conventional and fermented processing methods used the two average value test (t-test), which shows that the amount using one-way t test obtained t count of 10.29 with a significance value (P) of 9.18E- 09 (0.00000000918). So the average income through fermentation processing is greater than the average income through conventional processing.