Koesoemawati, Ria (2022) PENGARUH RESORPSI TULANG ALVEOLAR TERHADAP PEMBUATAN GIGI TIRUAN JEMBATAN ANTERIOR. Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Unpublished)
![[thumbnail of Laporan Penelitian]](https://eprints.unmas.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
KK-FKG-22-22-KOE.pdf - Other
Download (1MB)
Abstract
Gigi tiruan jembatan (GTJ) yang lazim disebut fixed partial denture adalah gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya. Apabila seseorang kehilangan satu atau beberapa gigi, terutama gigi anterior, akan mengganggu tampilan dan saat bicara sehingga penderita merasa tidak percaya diri, sebaliknya jika kehilangan gigi posterior akan mengganggu fungsi pengunyahan. Ada macam macam GTJ, yaitu fixed-fixed, semi fixed, cantilever, spring cantilever; semuanya digolongkan GTJ konvensional karena desain retensinya tidak tergantung pada teknik adesif. Ada juga GTJ adesif yang perlekatan dengan gigi penyangga menggunakan semen adesif dan teknik etsa asam. Untuk pembuatan GTJ diperlukan beberapa pertimbangan yang disesuaikan dengan kasus, rencana perawatan, preparasi gigi dan bahan restorasi. Penggantian gigi pada daerah anterior rahang atas merupakan suatu tantangan karena faktor kesulitan yang tinggi untuk penatalaksanaan jaringan lunak dan disain pontiknya. Tulang alveolar merupakan bagian tulang kraniomaksilofasial yang memberikan dukungan pada gigi. Lingir alveolar yang merupakan salah satu pendukung gigi tiruan sering kali merupakan faktor pertimbangan dalam menentukan rencana perawatan (Guariza et al, 2018). Resorpsi tulang alveolar terjadi setelah pencabutan gigi terutama pada tahun pertama. Tingkat kecepatan resorpsi lingir alveolar berbeda antara rahang atas dengan rahang bawah, dengan perbandingan rata-rata 1:4. Kecepatan resorpsi rahang bawah lebih besar daripada rahang atas. Resorpsi pada lingir alveolar bagian anterior rahang atas cenderung ke arah belakang dan ke atas dengan tingkat kehilangan tulang yang cukup progresif. Pada bagian posterior rahang atas resorpsi cenderung ke arah atas dan ke dalam sehingga lingir alveolar mengecil secara progresif. Kalau lingir alveolar rahang bawah anterior dan posterior mengalami resorpsi ke arah depan dan bawah (Guariza et al, 2018). Tingginya tingkat resorpsi lingir alveolar setelah pencabutan gigi akan menentukan apakah dibuat gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan jembatan. Seperti diketahui pontik adalah bagian dari GTJ yang menggantikan gigi alami yang telah dicabut, memperbaiki fungsi dan penampilan. Pontik harus dibuat sesuai dengan keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kenyamanan rongga mulut. Sebelum gigi tiruan jembatan dibuat pada daerah tidak bergigi, harus diperhatikan dalam merencanakan perawatan. Resorpsi tulang dapat terjadi secara vertikal dan horisontal. Pada resorpsi vertikal terjadi dimensi apikokoronal yang lebih pendek dibandingkan dengan gigi di sebelahnya. Sedangkan pada resorpsi horisontal menyebabkan kecekungan pada dimensi bukolingual. Kedua tipe resorpsi ini mengakibatkan keadaan yang kurang estetis. Bentuk tulang dan topografi daerah harus dievaluasi, tipe dan banyaknya destruksi tulang berperan dalam pemilihan pontik.
Item Type: | Other |
---|---|
Additional Information: | KK-FKG/22/22/KOE |
Uncontrolled Keywords: | resorpsi tulang alveolar, gigi tiruan, jembatan anterior |
Subjects: | F. FARMASI > Dentistry |
Divisions: | Fakultas Kedokteran Gigi > Pendidikan Kedokteran Gigi |
Depositing User: | Unnamed user with email [email protected] |
Date Deposited: | 11 Apr 2023 05:23 |
Last Modified: | 11 Apr 2023 05:23 |
URI: | http://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/2948 |