Kelainan Jumlah Gigi (Anodonsia, Oligodonsia, Hipodonsia) Pada Anak-Anak

Astuti, Eko Sri Yuni (2023) Kelainan Jumlah Gigi (Anodonsia, Oligodonsia, Hipodonsia) Pada Anak-Anak. FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Unpublished)

[thumbnail of Laporan Penelitian] Text (Laporan Penelitian)
KK-FKG-04-23-AST.pdf - Other

Download (228kB)

Abstract

Perkembangan gigi adalah proses yang kompleks namun telah ditentukan sebelumnya. Setiap penyimpangan dari kejadian mikroskopis normal, standar atau yang diharapkan dalam proses perkembangan gigi dapat menyebabkan anomali gigi. Anomali, aberasi atau kelainan yang timbul dalam ilmu kedokteran gigi dapat disebabkan oleh variasi ukuran, bentuk, jumlah, struktur dan posisi gigi. Penyimpangan yang tidak normal pada ukuran gigi dapat menyebabkan terjadinya mikrodonsia atau makrodonsia. Anomali dalam bentuk dapat menyebabkan fusi, dens invaginatus, dens evaginatus, talon cusp, gemination, dilaseration, taurodontism atau concrescence. Setiap penyimpangan dalam jumlah gigi dapat menyebabkan hyperdontia, hypodontia atau oligodontia. Demikian pula, setiap cacat struktural selama perkembangan dapat menimbulkan amelogenesis imperfekta, dentinogenesis imperfekta atau displasia dentin. Variasi posisi dari normal dapat menyebabkan impaksi, rotasi atau erupsi ektopik (Alassiry, 2020).
Bentuk gigi desidui sudah mulai berkembang pada usia 4 bulan dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan gigi melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, proliferasi, histodiferensiasi, morfodiferensiasi, aposisi, kalsifikasi dan erupsi. Pada masing-masing tahap dapat terjadi anomali yang menyebabkan anomali dalam jumlah gigi, ukuran gigi, bentuk gigi, struktur gigi, warna gigi dan gangguan erupsi gigi. Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi sulung dan 32 gigi tetap, tetapi dapat dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah tersebut (Yunus & Iman, 2020). Anomali gigi bukanlah temuan yang jarang selama pemeriksaan gigi rutin. Anomali gigi perkembangan merupakan kategori penting dari simtomatologi gigi.
Anomali perkembangan gigi ditandai penyimpangan dari warna normal, kontur, ukuran, jumlah, dan tingkat perkembangan gigi. Faktor lokal serta sistemik mungkin bertanggung jawab atas gangguan perkembangan ini. Meskipun asimtomatik, anomali ini dapat menyebabkan masalah klinis, termasuk tertunda atau tidaknya erupsi gigi seri normal; erosi; masalah menyusui; estetika yang dikompromikan; gangguan oklusal; fraktur cusp yang tidak disengaja; gangguan pada ruang lidah, menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan pengunyahan; nyeri dan disfungsi sendi temporomandibular; maloklusi; masalah periodontal karena kekuatan oklusal yang berlebihan; kerusakan gigi pasca-erupsi; dan peningkatan kerentanan terhadap karies. Anomali yang paling sering terjadi pada anak adalah kehilangan gigi, supernumerary teeth, fused teeth dan talon cusp. Jika anomali diartikan sebagai abnormalitas normal, maka anomali gigi adalah ciri dari gigi-geligi yang dapat diharapkan terjadi pada minoritas populasi tertentu (Yassin, 2016).

Item Type: Other
Additional Information: KK-FKG/04/23/AST
Uncontrolled Keywords: kelainan gigi, anodensia, oligodonsia, hipodonsia, kesehatan gigi dan mulut anak
Subjects: F. FARMASI > Dentistry
Depositing User: Unnamed user with email [email protected]
Date Deposited: 11 Apr 2023 02:40
Last Modified: 11 Apr 2023 02:40
URI: http://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/2923

Actions (login required)

View Item
View Item