PERAN DESA TIBUBENENG DALAM PENANGANAN KASUS PERACUNAN DAN PENCURIAN ANJING

ABSTRAK
Pada zaman sekarang maraknya kasus penganiayaan dan peracunan khususnya terhadap hewan menjadi perhatian bagi para kaum pecinta hewan. Padahal sebagai makhluk hidup, hewan juga memiliki hak untuk bebas dari rasa sakit dan dilukai. Namun kenyataannya, manusia yang harusnya bisa bertanggung jawab memelihara hewan malah mengeksploitasi hewan secara berlebihan. Sehubungan dengan Pasal 302 KUHP tentang penganiayaan terhadap hewan dan Undang-Undang Dasar No.18 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Hewan, maka penulis mengambil kasus terkait peracunan dan pencurian anjing yang terjadi di salah satu desa yang ada di Bali. Dengan data yang diperoleh dari desa setempat, penulis mampu menjelaskan terkait peran tindakan penyelesaian serta faktorfaktor yang mempengaruhi tindakan dalam penanganan kasus peracunan dan pencurian anjing tersebut.

ABSTRACT
Nowadays, cases of abuse and poisoning, especially of animals, are of concern to animal lovers. Even though as living beings, animals also have the right to be free from pain and injury. However, in reality, humans, who should be responsible for caring for animals, over-exploit animals. In connection with the Article 302 of the Criminal Code concerning mistreatment of animals and Constitution No. 18 of 2009 concerning Animal Welfare, the author takes a case related to dog poisoning and theft that occurred in a village in Bali. With the data obtained from the local village, the author is able to explain the role of settlement measures and the factors that influence the action in handling the dog poisoning and theft cases.