KEUNTUNGAN USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus di Desa Bengkel Kecamatan Kediri Kebupaten Tabanan)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Keuntungan Usahatani Bawang Merah” Di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Untuk Menganalisis Biaya Total Usahatani Bawang Merah di Desa Bengkel Kecamatan Kediri Kebupaten Tabanan. (ii) Untuk Menganalisis Biaya produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Bengkel Kecamatan Kediri Kebupaten Tabanan. (iii) Untuk Menganalisis Keuntungan Usahatani Bawang Merah Di Desa Bengkel Kecamatan Kediri Kebupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan Di Desa Bengkel Kecamatan Kediri kebupaten tabanan. Responden dalam penelitian ini Berjumlah 30 orang. Penentuan daerah penelitian Dilakukan secara purposive (Sengaja) Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Teknik pengumpulan data Melalui Observasi dan wawancara Langsung dengan responden. Metode analisis data dalam penelitian ini dapat Diperoleh Dengan Menghitung Total Biaya, Menghitung Penerimaan, Menghitung Keuntungan. Hasil penelitian menunjukan (1) Biaya total usahatani Bawang Merah di Desa Bengkel adalah Rp 56.343.110 per musim per luas lahan tanam 54,5 are. (2) Rata rata produksi Bawang Merah di desa Bengkel adalah 4700 kg per luas lahan tanam 54,5 are, sehingga produktivitas usahatani Bawang Merah adalah 8,264 ton/ha dalam wujud Bawang Merah basah yang bersih dari kotoran tanah dan akar. (3) Keuntungan usahatani Bawang Merah di Desa Bengkel adalah Rp 42.354.790 per musim per luas lahan 54,5 are, dengan tingkat resiko usahatani cukup tinggi. Namun dapat disarankan Petani agar lebih intensif dalam mengelola usahatani Bawang Merah, mengingat produktivitasnya masih rendah (8,264 ton/ha) padahal produktivitas Bawang Merah di Bali bisa mencapai 15 ton/ha. Pestisida kimia Demolish dan Antracol cukup intensif digunakan yang bisa berdampak kerusakan keragaman hayati dan sustainabilitas usahatani Bawang Merah, sehingga perlu diupayakan menggunakan kombinasi pestisida organic dan pengedalian HPT terpadu.

Abstract

This Research is entitled” The Benefits OF Shallot Farming”in Bengkel Village, Kediri District, Tabanan Regency.This Study aims to (i) Analyze the total cost of Shallot Farming in Bengkel Village, Kediri District, Tabanan Regency. (ii) To analyze The cost of shallot Farming in Bengkel Village, Kediri District, Tabanan Regency. (iii) The analyze the Profits of Shallots Farming in The Kediri, Kediri District, Tabanan Regency. Determation in this study amounted to 30 people. Determination of the research area carried out purposively (deliberately) this research method uses a quantitative and qualitative approach. Data collection techniques through direcht observation and interviews with respondens.the method of data alalysis in this study can be obtained bu calcaluting the total cost, calculating revenue, calculating profits. The results Showed (1) The local cost The results showed (1) the total cost of cultivating Shallots from Bengkel was Rp. 56,343,110 per season per 54.5 acres of planted land (2) the average production of Shallots in Bengkel village was 4700 kg per 54.5 acres of land, so that the productivity of Shallot farming is 8,264 tons in the form of wet Shallots that are clean from soil dirt and the profits of Shallot farming in Bengkel Village are IDR 42 354 790 seasons per land area of 54.5 acres, with a fairly high level of farming risk However, it can be suggested by farmers to be more intensive in managing the shallot business, considering that its productivity is still low (8,264 tonsha) while the productivity of red onions in Bali can reach 15 tons/ha. Pesticides like Demolish and Antracol are used quite intensively which can have an impact on biodiversity and sustainability of Shallot farming, so efforts are made to use a combination of organic pesticides and integrated control.