OBE, NIMROT (2021) HENGAD’DO (Cium Hidung): KEARIFAN LOKAL MEMPERERAT TALI PERSAUDARAAN PADA MASYARAKAT SABU RAIJUA DI DESA MOLIE KECAMATAN HAWU MEHARA NUSA TENGGARA TIMUR. Other thesis, UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR.
![[thumbnail of Abstrak]](https://eprints.unmas.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
R.133.FKIP.SEJ.2021abstrak.pdf - Other
Download (669kB)
![[thumbnail of Bab I-II]](https://eprints.unmas.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
R.133.FKIP.SEJ.2021-BAB I & II.pdf - Other
Download (2MB)
![[thumbnail of Full Text]](https://eprints.unmas.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
R.133.FKIP.SEJ.2021.pdf - Other
Restricted to Registered users only
Download (10MB)
Abstract
ABSTRAK
Dewasa ini sering timbul berbagai tindak kekerasan, saling mencurigai, intoleran satu sama lain, padahal dalam kebudayaan begitu banyak kearifan yang dapat dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya hengad’do (cium hidung) pada masyarakat Sabu Raijua. Dalam kaitan ini permasalahan yang diangkat bagaimana asal usul, fungsi, dan makna dari hengad’do bagi masyarakat. Tujuan dari kajian ini untuk mengetahui praktik hengad’do dalam kehidupan masyarakat. Teori yang dijadikan sebagai landasan atau kerangka acuan, seperti kearifan lokal, teori fungsi, dan interaksional simbolik. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan ditunjang studi kepustakaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Molie Kecamatan Hawu Mehara Kabupaten Sabu Raijua dengan mewawancarai sejumlah informan yang telah ditentukan secara purvosif. Teknik pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahapan pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian dapat disampaikan sebagai berikut: (1) Masyarakat suku Sabu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, keharmonisan dan keseimbangan dalam menjalin hubungan antar sesama (interpersonal), Hengad’do (cium hidung) ini yaitu dilakukan tanpa memandang jenis kelamin, suku, ras, agama, status, usia serta strata sosial. Selain itu Hengad'do juga bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun serta tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu.(2). Hengad’do (cium hidung) memiliki fungsi yang sangat mendalam bagi masyarakat Sabu yaitu dengan melakukan Hengad’do dapat menyelesaikan konflik, dapat menghidupkan kembali rasa persaudaraan yang sudah lama renggang (3). Hengad’do yang dilakukan kepada orang asing yang datang, bermakna ucapan selamat datang dan dengan tulus menerima orang tersebut sebagai bagian dari masyarakat setempat
ABSTRACT
Sabu is an island in eastern nusa province. The sabu people have a unique tradition of establishing and maintaining interracial relationships regardless of gender, race, religion, status, age, and social strata called hengad 'do (nose kiss). Hengad 'do is a nonverbal form of communication and is an indication of conflict resolution, brotherly bonding, respect, acceptance and gratitude. His philosophy is that the nose represents life, the eye represents honesty and sincerity, the hand represents harmonious relat. Writing purposes to explore the hengad 'do traditions. The benefits of developing and maintaining the brotherhood values embodied in local cultures. In this literature review, the writer USES articles based on the Internet as well as direct interviews to predetermined informers. The sagas believed in a single divine substance addressed by "deo ama" (god the father of all things). Thus, the sabu believe that they have a blood relation oran "umbilical cord" relationship between one person and another. Thus the term for fellow sabosh is called tuwuahhu from two words: tuwu (connections, interconnected) and ahhu (navel, center), so that the sabu view the other sabu as brothers called the namone (the brother) and the naweni (sister) who are to be cherished and cherished. A hengad 'do (nose kiss) has a profound function for the sabu community. A hengad 'do (nose kiss) is a form of nonverbal communication and is an indication of conflict resolution, brotherly bonding, sign of respect, acceptance and gratitude. His philosophy is that the nose represents life, the eye represents honesty and sincerity, the hand represents harmonious relat. In the context of conflict resolution, the hengad 'do marks reconciliation or restoration. It means hengad 'do asa token of love, appreciation, regret, sincerity and humility, sympathy and defense, apology (ami huba) and forgiveness (pehuba hala), between conflict parties.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | R/133/FKIP-SEJ/2021 |
Uncontrolled Keywords: | Hengad’do (cium hidung) kearifan lokal yang mempu mempererat tali persaudaraan |
Subjects: | F. KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (Sejarah) > Sejarah Indonesia |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Unnamed user with email [email protected] |
Date Deposited: | 25 Jul 2022 02:38 |
Last Modified: | 27 Jan 2023 02:47 |
URI: | http://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/1270 |