FONOLOGI BAHASA RONGGA: SEBUAH KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF

Suparsa, I Nyoman (2008) FONOLOGI BAHASA RONGGA: SEBUAH KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF. Doctoral thesis, Universitas Udayana.

[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
Disertasi-I-Nyoman-Suparsa.pdf - Other

Download (10MB)

Abstract

Disertasi yang berjudul Fonologi Bahasa Rongga: Sebuah Kajian Transformasi Generatif bertujuan untuk menjawab tiga hal yang menjadi masalah. (1) Bagaimanakah ujud (realisasi) fonologis dari morfem-morfem bahasa Rongga, baik pada tataran fonemis maupun pada tataran fonetis? (2) Bagaimanakah syarat-syarat struktur morfem bahasa Rongga, baik yang berkaitan dengan syarat-syarat positif maupun jika-maka? dan (3) Bagaimanakah proses dan kaidah fonologis bahasa Rongga menjelaskan proses perubahan realisasi fonologis menjadi realisasi fonetis?
Dengan menggunakan pendekatan fonologi generatif dan ditunjang oleh fonologi autosegmental, serta fonetik khususnya fonetik artikulatoris dan akustik, dan metode linguistik lapangan, kepustakaan, dan analisis, serta ditunjang oleh teknik palatografi, elisitasi, perekaman, dan pencatatan maka dihasilkan penelitian dalam bentuk disertasi.
Bahasa Rongga mempunyai 6 segmen vokal, baik secara fonemis maupun fonetis, yaitu /i, e, u, o, ə, a/ [i, e, u, o, ə, a]. Bahasa Rongga mempunyai 25 segmen konsonan secara fonemis, yaitu /p, b, t, d, k, g, dʒ, ɓ, ɗ, ɠ, ᵐb, ⁿd, ᵑg, m, n, ŋ, f, s, v, ɣ, h, r, l, w, ɹ/, secara fonetis ada 28 segmen, yaitu [p, b, t, d, k, g, ʔ, dʒ, tʃ, ɓ, ɗ, ɠ, ᵐb, ⁿd, ᵑg, m, n, ŋ, f, s, v, ɣ, h, r, l, w, ɹ, ʸ]
Untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada antara segmen-segmen fonologis bahasa Rongga secara fonemis diperlukan 14 ciri pembeda. Keempat belas ciri pembeda itu adalah [konsonantal], [silabis], dan [sonoran] tergolong ke dalam ciri golongan utama. Ciri pembeda [malar], [pelepasan tertunda], [nasal], dan [lateral] tergolong ke dalam ciri cara artikulasi. Ciri pembeda [anterior] dan [koronal] tergolong ke dalam ciri tempat artikulasi. Ciri pembeda [tinggi], [rendah], [belakang], dan [bulat] tergolong ke dalam ciri punggung lidah. Ciri pembeda [bersuara] tergolong ke dalam ciri tambahan. Namun, untuk dapat membedakan bunyi hambat (plosif) [b], [d], dan [g] dengan implosif [ɓ], [ɗ], dan [ɠ] diperlukan dua ciri lagi, yaitu [glottis dibuka] ([spread gl]) dan [pita suara rapat tidak kencang] ([constr gl]) (Kenstowich, 1994:40—41, 146), dan untuk membedakan bunyi hambat pranasal dengan nasal diperlukan satu ciri lagi, yaitu ciri [kompleks]. Secara fonetis diperlukan dua ciri pembeda lagi, yaitu [tegang] dan [tekanan].
Segmen morfem asal pangkal bahasa Rongga minimal berupa V ([+sil]), dan rangkaian vokal dalam morfem asal pangkal maksimal VV ([+sil] [+sil]). Sebuah morfem asal pangkal dapat berawal konsonan K ([-sil]) atau V ([+sil]) atau berakhir V ([+sil]). Jadi, bahasa Rongga mempunyai pola suku kata V dan KV. Dari formulasi di atas, pola kanonik bahasa Rongga dapat dirinci menjadi 13 pola morfem, yaitu V, KV, VV, VKV, KVV, KVKV, KVKVKV, KVVKV, KVKVV, KVKVKVV, KVKVKVKV, VKVVKV, dan KVVKVKV.
Bahasa Rongga tidak mengenal rangkaian segmen konsonan pada morfem fonologis pangkal, karena bahasa Rongga merupakan bahasa vokalik. Berdasarkan data yang ada, maka rangkaian segmen fonologis vokal yang dibolehkan adalah /i-a, i-u, i-o, i-e, i-i, e-a, e-u, e-o, e-i, e-e, u-a, u-i, u-e, u-u, o-a, o-i, o-u, o-e, o-o, a-i, a-e, a-u, a-o, a-a/. Dengan demikian, segmen fonologis vokal */ə/ tidak ada dalam bentuk rangkaian, baik yang didahului maupun diikuti oleh segmen fonologis vokal lain. Di samping segmen fonologis vokal */ə/, rangkaian segmen fonologis vokal yang tidak ada adalah */ u-o /.
Semua segmen fonologis vokal berdistribusi lengkap kecuali /ə/ yang menempati posisi awal dan tengah kata. Semua segmen fonologis konsonan tidak berdistribusi lengkap. /p, t, d, k, g, dʒ, ɓ, ɗ, ɠ, ᵐb, ⁿd, ᵑg, m, n, ŋ, s, r, l, ɹ/ menempati posisi awal dan tengah kata. /b, f, v, h/ menempati posisi awal kata. /ɣ/ menempati posisi tengah kata.
Pada penelitian ini ditemukan 14 kaidah fonologi yang berguna untuk menjelaskan proses fonologi yang terjadi. Keempat belas kaidah fonologi itu adalah (1) KF penambahan luncuran semivokal, (2) KF penambahan konsonan glotal [ʔ] (kaidah kecil), (3) KF penambahan konsonan [r] (kaidah kecil), (4) KF penggantian luncuran semivokal [w], (5) KF penyuaraan konsonan [k] (kaidah kecil), (6) KF penggantian konsonan [ʔ], (7) KF pengawasuaraan konsonan [d], (8) KF penggantian konsonan [g] (kaidah kecil), (9) KF pelesapan konsonan [h] (kaidah kecil), (10) KF pelesapan vokal [a] (kaidah kecil), (11) KF pelesapan vokal [ə], (12) KF pelesapan vokal [u] (kaidah kecil), (13) KF keharmonisan ketinggian vokal [a], dan (14) KF penempatan tekanan. Dari keempat belas kaidah fonologi itu, ada sejumlah kaidah fonologi yang berurutan, yaitu KF 4-KF1, KF9-KF10, KF 3-KF 12-KF 8, KF 8-KF 3-KF 12.
Bahasa Rongga menggunakan huruf latin, karena bahasa Rongga tidak mempunyai sistem tulisan. /i, e, u, o, ə, a/ [i, e, u, o, ə, a] ditulis dengan i, e, u, o, e, a. /p, b, ᵐb, m, f, v, w, t, d, ⁿd, n, s, r, l, dʒ, k, g, ᵑg, ŋ, h/ [p, b, ᵐb, m, f, v, w, t, d, ⁿd, n, s, r, l, dʒ, k, g, ᵑg, ŋ, h] ditulis dengan huruf p, b, mb, m, f, v, w, t, d, nd, n, s, r, l, j, k, g, ngg, ng, h. Untuk /ɓ, ɗ, ɠ, ɣ, ɹ/ [ɓ, ɗ, ɠ, ɣ, ɹ] ditulis dengan huruf bh, dh, gh, hg, zh

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Disertasi-I-Nyoman-Suparsa
Uncontrolled Keywords: fonologi, bahasa rongga, kajian transformasi generatif
Subjects: F. BAHASA ASING > Bahasa Indonesia
Depositing User: Unnamed user with email [email protected]
Date Deposited: 28 Oct 2022 01:15
Last Modified: 15 May 2023 01:37
URI: http://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/1809

Actions (login required)

View Item
View Item