BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN ZAMAN: EKSISTENSI PENENUN DI DESA MODU WAIMARINGU KEC. KOTA WAIKABUBAK KAB. SUMBA BARAT PROVINSI NTT

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui cara penenun mempertahankan tradisi menenun dengan cara tradisional dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh fungsi dan makna kain tenun dengan globalisasi di Desa Modu Waimaringu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yang datanya dikumpulkan dengan observasi langsung menggunakan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi penenun di Desa Modu Waimaringu, Kec.Kota Waikabubak, Kab. Sumba Barat, Provinsi NTT hingga kini masih bertahan. Masyarakat Desa Modu Waimaringu masih aktif menenun dan memproduksi kain/sarung tenun walaupun tidak dalam jumlah yang banyak. Eksistensi penenun tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor Ekonomi, 2) Faktor Religi, dan 3) Kebijakan sekolah sehingga keberadaan kain tenun tidak semakin dilupakan oleh masyarakat lainnya. Kain tenun tidak semata untuk penutup tubuh saja tetapi sudah digunakan untuk acara-acara formal, pakaian perang, sebagai pemberian dalam acara kematian sebagai wujud penghargaan, busana tari adat dan upacara adat, sebagai mahar (Belis), sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang berkujung, serta sebagai salah satu produk yang dibanggakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Abstract

This writing aims to know the way of weaver maintains the traditional of weave with the traditional way and to know whether there is function effect and the meaning of woven cloth with globalization at Village of Modu, Waimaringu. The method used is qualitative research, which data collected by direct observation using interview technique. The result of this research shows that the exitence of weaver at village of Modu, Waimaringu subdistrict of Waikabubak, south west sumba regency, NTT province until now still producing cloth/sarong although not in the large numbers. Weaver existences influenced by some factors, such as: 1) Economic factor, 2) Religion Factor and 3) school policy so that the existence of woven cloth is not only solely to cover the body but also has been used to the formal ceremonies, as a custom for fighting, as a gift in the death ceremony for appreciation, as a clothing and used in traditional ceremonies, as a dowry (belis), as a form of apprecoation for the new visitor who come to visit as well as one of the products that the people of NTT are proud of.